Strategi Ketahanan Pangan di Era New Normal

LintasPati.com -

Di masa pandemi saat ini, teknik ketahanan pangan sangat penting untuk mengimbangi aksesibilitas pangan di era new normal. Mengenai pandemi virus corona yang melanda Indonesia sejak Februari 2020, berdampak pada berbagai bidang, salah satunya adalah kawasan pertanian karena merupakan kawasan yang memenuhi kebutuhan pokok masyarakat setempat, misalnya kebutuhan pangan yang mencakup agribisnis pangan, hewan, sayuran dan produk organik, perkebunan dan lain-lain. Kawasan agraris menjadi vital di masa pandemi virus corona karena sangat diidentikkan dengan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan menjadi salah satu hal penting di masa pandemi virus corona karena dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain terganggunya penciptaan, penyebaran, dan pemanfaatan bahan kebutuhan pokok karena penerapan pembatasan sosial lingkup besar dan boikot perjalanan untuk wilayah setempat. Kondisi ini dapat memicu kekhawatiran jika Indonesia akan menghadapi darurat pangan. Hal itu dibuktikan dengan penilaian World Food and Horticulture Association (FAO) yang menyampaikan bahwa akan ada bahaya kekurangan pangan selama pandemi virus corona.

Untuk menjamin ketahanan pangan di masa pandemi virus corona di Indonesia, otoritas publik telah mengatur prosedur yang berbeda, misalnya, mengamati kekuatan biaya kebutuhan pokok agar tidak melonjak dan memperluas penciptaan pangan masyarakat yang bergantung pada agribisnis petani kecil dan berpihak pada peternak kecil. Untuk mencapai hal ini, otoritas publik mendistribusikan kembali rencana keuangan yang lebih besar yang akan dialokasikan untuk bantuan benih, proyek-proyek yang terkonsentrasi, penyesuaian stok dan biaya makanan, serta alokasi dan transportasi makanan.

Selain itu, berbagai upaya yang dilakukan oleh otoritas publik untuk menjamin ketahanan pangan adalah dengan melaksanakan kebiasaan baru. Orde Baru adalah tahapan yang diambil oleh otoritas publik untuk membangun kembali kehidupan sosial dan moneter. Pelaksanaan ordinal baru yang dilakukan oleh otoritas publik mengacu pada penanda yang diberikan oleh World Wellbeing Association (WHO) dengan beberapa perubahan tergantung pada persyaratan otoritas publik.

Dampak virus Corona juga telah menghancurkan Negara, masyarakat, daerah setempat dan yang paling kecil adalah keluarga. Keterbatasan sosial dan pusat-pusat bisnis yang lebih rendah, keterisolasian daerah boikot pergerakan dan lain-lain telah menyebabkan hilangnya gerak latihan di berbagai daerah non-kesejahteraan, misalnya, industri, pertukaran, transportasi, pertanian (tanaman pangan, perikanan, budidaya hewan). , tanaman restoratif dan daerah yang berbeda) untuk mengurangi gaji. pengusaha hingga peternak dan pekerja menurun dan secara mengejutkan dilenyapkan.

Oleh karena itu, fleksibilitas keuangan/ketahanan pangan di tingkat keluarga, daerah, lingkungan, provinsi, dan publik secara mengejutkan datang ke titik dasar/lemah dan membuat daya beli peternak menurun. Kelemahan sosial tercermin dalam sudut pandang yang berbeda termasuk: kesejahteraan, keuangan, instruktif, sosial-sosial, ketat dan perspektif mental. Salah satu bagian mental masyarakat adalah bahwa ia telah tiba di tepi, menyebabkan hiruk-pikuk, kegelisahan dan kurangnya perhatian sehingga individu dengan mudah kesal, sensitif dan putus asa.

PENULIS : Saniya Ayyunadia (Anggota Kelompok KKN MDR URBAIN.21 IPMAFA Pati Tahun 2021)


About redaksi

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.