PDKN Semarang Raya Sukses Selenggarakan PKM SIGAP, Ajak Pemuda Desa Perkuat Gerakan Anti Pernikahan Dini

Kudus – Permadani Diksi Nasional (PDKN) Cabang Semarang Raya sukses menyelenggarakan rangkaian Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) PDKN Berdampak 2025 bertema "SIGAP: Sinergi Generasi Anti Pernikahan Dini. Edukasi dan Aksi Bersama Desa untuk Cegah Pernikahan Dini dan Hamil di Luar Nikah."
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 29–30 November 2025, di Balai Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, dan diikuti oleh puluhan pemuda dari berbagai desa di wilayah tersebut.
Acara dibuka dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Bidikmisi, lalu dilanjutkan dengan sambutan Ketua Panitia Rovi Agastiya Nuraini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa, perangkat desa, narasumber, serta seluruh peserta yang hadir. Rovi menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan ruang belajar kolektif bagi pemuda untuk memahami risiko pernikahan dini, pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, serta merancang masa depan dengan bijaksana. Ia berharap forum ini dapat menjadi tempat bertanya, berdiskusi, dan saling menguatkan antar peserta.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Koordinator Divisi Pendidikan dan Litbang, Novia Adhimas, yang mengungkapkan apresiasi mendalam kepada para narasumber atas dedikasi dan waktu yang diberikan. Ia juga memohon maaf apabila terdapat kekurangan selama persiapan hingga pelaksanaan.
"Atas nama pribadi dan seluruh teman-teman PDKN Cabang Semarang Raya, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para narasumber yang telah mendampingi kami sejak pra, pelaksanaan, hingga pasca kegiatan. Mohon maaf apabila masih ada hal-hal yang kurang berkenan," ujarnya.
Ketua Umum PDKN Semarang Raya, Bahtiar Hanafi Wiradana, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
"Saya sangat mengapresiasi kesuksesan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Berdampak 2025 yang diinisiasi oleh Divisi Pendidikan dan Litbang. Semoga divisi ini terus menghadirkan inovasi positif bagi PDKN Semarang Raya, khususnya bagi masyarakat Kecamatan Gebog, Kudus," ungkapnya.
Diskusi Interaktif Bersama Empat Narasumber
Kegiatan berlanjut dengan sesi diskusi interaktif bersama empat narasumber. Para peserta terlihat antusias bertanya serta berbagi pengalaman mengenai isu pernikahan dini dan kehamilan di luar nikah.
Narasumber pertama, Ust. Niko Ardiyansah, menekankan bahwa pernikahan dini membawa risiko besar, termasuk meningkatnya potensi stunting pada anak. Ia mengajak remaja untuk lebih memahami konsekuensi jangka panjang dari keputusan menikah tanpa kesiapan.
Narasumber kedua, Sdr. Olga Yogantara, menjelaskan bahwa remaja di bawah 18 tahun sangat rentan terhadap pernikahan dini akibat rasa ingin tahu, pengaruh lingkungan, dan paparan media sosial. Ia menekankan pentingnya pola asuh yang mendampingi tanpa membatasi secara berlebihan. Menurutnya, "Mengurung anak di rumah justru dapat memberi dampak negatif jangka panjang," sambil menegaskan perlunya komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja.
Narasumber ketiga, Muhammad Izzal Haq, S.H., memaparkan risiko pernikahan dini dari sisi hukum, ekonomi, dan sosial. Ia menyoroti tingginya potensi perceraian, ketidaksiapan finansial, dan dampak kesehatan yang dapat terjadi bila remaja menikah tanpa persiapan matang.
Narasumber terakhir, Ust. Sih Kariyadi, menyampaikan perspektif agama Islam. Ia menjelaskan bahwa menikah adalah ibadah yang dianjurkan bagi yang telah mampu secara finansial dan mental. Namun bagi remaja yang belum siap, ia menekankan pentingnya penguatan karakter dan pengendalian diri melalui ibadah seperti puasa.
Sesi diskusi berlangsung aktif dan produktif, menunjukkan tingginya kesadaran pemuda terhadap persoalan pernikahan dini. Acara hari pertama ditutup dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi kegiatan.
Jelajah Desa Menawan dan Besito: Belajar dari Potensi, Sejarah, hingga Pemberdayaan Masyarakat
Pada hari kedua, 30 November 2025, peserta melaksanakan jelajah desa di Desa Menawan dan Desa Besito. Kunjungan ini bertujuan mengenalkan potensi desa serta praktik pemberdayaan masyarakat yang sudah berjalan.
Desa Menawan: Pemberdayaan, Sejarah, dan Inovasi Lingkungan
Di Desa Menawan, peserta mendapat penjelasan mengenai struktur sosial, kelembagaan, serta berbagai program pemberdayaan. Desa ini terdiri dari dua dukuh, yakni Kebun Lawes dan Kembangan, dengan balai desa yang dimanfaatkan untuk beragam kegiatan masyarakat seperti pernikahan, perkemahan, hingga aktivitas kepemudaan.
Pengelolaan fasilitas desa, termasuk penyewaan tempat kegiatan, dipercayakan kepada Karang Taruna. Dana hasil penyewaan kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan fasilitas umum seperti penerangan jalan, sehingga tidak membebani kas desa.
Desa Menawan juga memiliki LKD yang aktif, antara lain PKK, Dharma Wanita, Karang Taruna, dan KPMP, serta organisasi non-LKD seperti Banun NU dan komunitas pemuda desa. Kegiatan besar desa meliputi Kirab Budaya, Sedekah Bumi, dan program Bulan Bakti yang menitikberatkan pada edukasi masyarakat. Selain itu, Karang Taruna rutin melakukan penanaman pohon setiap tahun untuk menjaga kelestarian sumber air desa.
Dari sisi sejarah, Desa Menawan memiliki tujuh Yoni peninggalan abad ke-7, salah satunya merupakan Yoni utama yang masih terawat. Terdapat pula Sendang Menawan, mata air alami yang hingga kini dijaga kelestariannya oleh warga. Di bidang pertanian, desa ini mengembangkan bibit tanaman, riset pembuatan pupuk cair, pengolahan limbah tembakau menjadi pestisida, serta pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi pupuk siap edar. Warga desa juga aktif dalam pengelolaan sampah, terutama dari rumah tangga dan kawasan wisata.
Ketua Karang Taruna juga menambahkan bahwa wilayah Rahtawu—yang berdekatan dengan Menawan—merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Kudus dengan produksi sekitar 60 ton per tahun.
Desa Besito: Sejarah dan Potensi UMKM
Perjalanan dilanjutkan ke Desa Besito. Di desa ini, peserta mengunjungi bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh. Bangunan tersebut dulunya dimanfaatkan warga sebagai warung pada malam hari, menunjukkan kreativitas masyarakat dalam melestarikan sekaligus memanfaatkan warisan sejarah.
Selain itu, peserta melakukan survei UMKM untuk melihat potensi ekonomi masyarakat setempat. Berbagai usaha lokal dicatat sebagai potensi yang dapat dikembangkan dalam program pemberdayaan ekonomi desa.
0 komentar:
Posting Komentar