Mbah Sadiman, Tanami Lereng Gunung Lawu dengan Pohon Beringin, Sang Pelestari Lingkungan

Mbah Sadiman, Tanami Lereng Gunung Lawu dengan Pohon Beringin, Sang Pelestari Lingkungan


JATENGHITSCOM


Mbah Sadiman, merupakan sosok pelestari lingkungan sekaligus petani asal Wonogiri, Jawa Tengah. Lahir pada 4 Februari 1952, Mbah Sadiman dikenal luas berkat dedikasinya menghijaukan lahan kritis seluas kurang lebih 250 hektare di lereng selatan Gunung Lawu.


Upaya penghijauan tersebut dipusatkan di Bukit Gendol dan Bukit Ampyangan. Di kawasan itu, Mbah Sadiman menanam ribuan pohon beringin dengan tujuan utama konservasi sumber air. Langkah ini sangat penting mengingat Wonogiri dikenal sebagai daerah yang kerap mengalami kekeringan dan kesulitan air, terutama saat musim kemarau akibat rendahnya curah hujan.


Penghijauan yang dilakukan Mbah Sadiman bermula sejak era 1990-an di hutan Bukit Gendol, Dusun Sobo, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto. Inisiatif tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan yang memprihatinkan, termasuk dampak kebakaran besar Gunung Lawu pada 1964 yang menyebabkan perbukitan gundul dan sungai-sungai mengering. Melihat kondisi itu, Mbah Sadiman berinisiatif menanam pohon-pohon dari kelompok beringin (Ficus), seperti beringin, ipik, dan elo, yang dikenal mampu menyimpan dan menjaga cadangan air dalam tanah.


Perjuangannya tidaklah mudah. Harga bibit beringin tergolong mahal baginya, mencapai sekitar Rp50.000 per bibit. Untuk menyiasatinya, Mbah Sadiman membudidayakan bibit nangka dan cengkih. Dengan menjual atau menukar sepuluh bibit cengkih, ia bisa memperoleh satu bibit beringin. Selain beringin, sejak 2022 ia juga menanam kopi di Bukit Gendol, di antaranya kopi Jawa, kopi nangka, dan kopi arabika. Hingga kini, jumlah pohon beringin dan tanaman lain yang telah ia tanam di Bukit Gendol dan Ampyangan diperkirakan mencapai sekitar 11 ribu pohon.


Hasil dari kerja panjang tersebut kini mulai dirasakan secara nyata. Stok air di dua bukit tersebut melimpah dan mampu membantu sekitar 1.100 kepala keluarga di wilayah sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan air konsumsi maupun irigasi. Para petani pun merasakan dampak signifikan, dengan frekuensi panen yang meningkat menjadi dua hingga tiga kali setahun, dari sebelumnya hanya sekali panen dalam setahun. Selain itu, keberadaan pepohonan tersebut juga berperan penting dalam mencegah erosi tanah di lereng Gunung Lawu.


Dalam perjalanannya, Mbah Sadiman sempat bekerja seorang diri dan bahkan dianggap "gila" oleh sebagian warga. Namun seiring waktu, hasil nyata dari usahanya mengubah pandangan masyarakat. Kini, ia mengaku banyak dibantu oleh generasi muda yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.


Atas dedikasi dan kontribusinya bagi kelestarian alam, Mbah Sadiman menerima berbagai penghargaan, termasuk Kalpataru, sebagai bentuk pengakuan negara terhadap kiprahnya menjaga lingkungan dan sumber kehidupan bagi masyarakat Wonogiri.


#fyp #virals #story #jangkauansemuaorang #newyear



About redaksi

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.